Saturday, February 18, 2017

Menegakkan Keadilan

Menegakkan keadilan bukan hanya ranah dari sebuah negara dan merupakan kewajiban bagi para pemimpinnya. Dalam sebuah keluarga, keadilan juga harus ditegakkan. Begitu protes anak gadis ketika dirinya merasa bahwa emaknya ini tak berlaku adil terhadapnya, antara dia dan adiknya...
Ini Allah hanya menitipkan 2 anak, gimana ibu bapak saya dulu yang punya 12 anak, ya?.
Apakah sebagai seorang ibu saya merasa sedih dan terasa tertampar?, mungkin iya, tapi rasanya harus lebih banyak koreksi diri. Mengoreksi dengan hati dan kepala jernih. Apakah benar selama ini saya sebagai seorang ibu telah berlaku tidak adil kepada anak anak. Ibunya ini perempuan biasa yang memiliki banyak kekurangan dan harus memikirkan banyak hal. Im not a super mom.





Berasanya, saya mah sudah adil terhadap anak. Motor udah satu satu. Biar gak rebutan dan saling nunggu kalau lagi butuh. Uang saku dan bensinpun sama. Pagi bekal sekolahnyapun sama. Yang berbeda mungkin bagaimana saya memperlakukan mereka. Kasih sayang sama, insya Allah tak berat sebelah. Just menghadapinya saya yang tak mungkin sama. Karena tiap anak punya karakter berbeda. Satu keras satunya cool. Satunya gampang ngambeg satunya easy going. Maka saya harus punya jurus jitu sendiri dalam menghadapi keduanya. Kalaupun toh dibilang gak adil, yaah oke fine saja. Duduk bersama, memberi pengertian, bahwa adil tak harus sama. Semisal, si kakak badannya selalu sehat sedangkan adiknya sakit sakitan. Ketika saya memberikan susu untuk keduanya, apakah ukurannya harus sama?. She said No. Yakin nih gadis nalarnya sudah jalan, karena secara doi sudah SMU. Dan anak pertama pula. Lebih dewasa dalam menghadapi masalah. Tapiya gitulaah, tetep saja ada manja manjanya, ngambeg ngambegnya. Kesabaran emak sedang diuji.
Finally, problem solving sudah ditemukan. 

Anyway, anak adalah titipanNya. Kelak, pertanggungjawaban itu akan diminta. Ngeri kalau membayangkan itu semua.
Mengingat :
"Harus adil dan tidak berat sebelah pada satu atau dua orang anak saja. Tapi juga seorang pemimpin keluarga. Itu pun jika benar-benar paham dan sepenuhnya menyadari bahwa beratnya pertanggungjawaban tidak hanya selesai di dunia ini saja, tapi tunggu nanti saat ajal sudah sampai di tarikan nafas. Niscaya akan terbayanglah semua prilaku tidak adil dan kesewenang-wenangan itu"
Anak adalah sumber pengingat, ketika ortu salah berlaku.. Terima kasih sudah diingatkan ya, nak. Sebelum tarikan nafas terakhir datang menjemput. Terbayang betapa sakitnya. Sekarang bisa banyak ngeles dan alasan. Kelak bila buku pertanggungjawaban disodorin, mo bilang apa?

0 comments: