Thursday, March 31, 2016

Senyum Bahagia Menyambut 8 Hari Menuju Kematian


Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemuimu. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengatakan yang gaib dan nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang kamu kerjakan”. Surah Al Jumu’ah 8

Kematian adalah sebuah kepastian yang misteri kedatangannya, tak bisa dikuak oleh siapapun. Adalah hak Allah untuk mengambil apapun yang ingin diambilNya kembali. Termasuk kita manusia, makhluk sempurna ciptaanNya. Di manapun dan kapanpun bila waktu itu telah tiba apalah daya kita untuk menolaknya. Karena kita tak pernah tahu kapan maut akan menjemput ruh kita, seringkali manusia tak mempersiapkan diri. Meskipun kita tahu manusia yang cerdas adalah manusia yang mempersiapkan kematiannya dengan baik. 

Dan hari yang kunanti disepanjang hidupku saat tubuh dan jiwa telah letih menerima semua uji dan coba adalah bertemu dengan Rabb tercintaku. Bila saja jadwal kematianku telah aku ketahui 8 hari sebelum maut menjemput, ada hal hal yang sangat ingin kulakukan. Meskipun sudah setua ini, dan mungkin juga tak lama lagi usia ini akan menutup tugas sebagai manusia , ada hal hal gila yang menjadi impian dan belum tersampaikan

 Hari 1
Akan kujual  benda berharga yang kupunya dan kuambil uang di tabungan. List untuk apa saja uang tersebut aku kan gunakan sudah kutulis. 
1. Membayar hutang
2. Bersedekah dengan mendatangi yayasan yatim piatu dan fakir miskin.
3. Membeli kain kafan untuk gaun impian pengantin kematian. Dan mendatangi penghulu kematian agar mengurus proses pemakamanku.
4. Membeli tiket untuk travelling go to Jogyakarta.
Disela sela waktu sebelum tidur aku akan memulai mengkhatamkan bacaan Al Quranku

Hari ke 2, 3, 4
Mengajak anak dan suami pergi travelling ke Jogyakarta selama 3 hari dengan naik kereta api. Maklum, suami belum pernah naik kereta api. Meskipun sering pergi ke luar kota, tumpangannya selalu pakai motor mabur. Dan pernah bilang, pingin banget naik kereta api. Mengapa Jogya?, karena kota ini adalah destinasi liburan favorit kami sekeluarga, sudah pernah ke sana beberapa kali tapi tetap saja selalu ingin kembali. Mungkin karena di sana selalu membuat kami berasa ingin pulang ke kempung halaman.

Agenda liburan telah kupersiapkan jauh hari, yaitu :
*Menikmati sunset di pantai parangtritis, buatku sunset melambangkan, bahwa manusia pasti kembali ke peraduannya. Setelah usai dengan segala tugas sebagai makhluk ciptaanNya. Dan kematian tak perlu menjadi kesedihan berkelanjutan, karena esok pasti akan ada cahaya yang lebih indah, matahari kan kembali memberi harapan baru dan keceriaan. Hidup harus terus berlanjut. berjalan jalan di atas lembutnya pasir putih bersama suami dan anak anak.. Membiarkan kaki kami telanjang dicumbu ombak. Dalam diam, dan tautan jemari suami, merasakan kembali getar hati ketika cinta kami bersemi. Menatap anak anak dengan penuh pengharapan, kelak mereka mampu menghadapi kerasnya dunia, sukses dalam kehidupan dunia dan akherat.

*Makan malam di rumah makan raminten, di sana kami akan dinner bersama. Sebagai ibu dan seorang istri aku tak lepas dari salah dan kekeliruan dalam menjalankan peran. Maka untuk itu, permintaan tulus akan kusampaikan pada keluarga kecilku, suami dan anak anakku. Mendengarkan apa yang mereka rasakan mengenai kehadiranku selama ini. Mendengarkan apapun yang mereka ingin sampaikan. Usai makan kami kembali ke hotel, berkumpul dengan kedua anak kami yang sudah beranjak remaja di atas tempat tidur, aku akan membuat mini party untuk bersenang senang sejenak melupakan kami sudah tua. Nonton DVD film kesukaan kami sekeluarga sambil makan camilan dan es krim di atas tempat tidur. Lupakan sejenak soal aturan adab dan kebersihan yang selama ini aku terapkan. Jangan membawa makanan di atas tempat tidur...:)
Sebelum menuju peraduan, tak lupa kembali melanjutkan mengkhatamkan Al quran


Hari ke 5 dan 6
Salah satu harapan dan impianku yang kugenggam sejak dulu adalah menjadi manusia yang berguna bagi orang lain. Mungkin, bukan hal besar yang bisa kulakukan, namun dua hari akan kuisi hari dengan  melakukan hal hal kecil, membuat makanan dan akan kubagikan kepada kaum duafa membersihkan musholla di sekitar tempat tinggalku. Mencuci mukena kotor di masjid dan mushola. Mendatangi panti jompo, menyapa dan berbicara dengan mereka juga menbantu apapun yang bisa aku lakukan.
Usai lelah seharian, menyempatkan diri untuk membaca Al quran, Alhamdulillah aku sudah sampai pada juz 27

Hari ke 7
Waktu semakin dekat, rasanya sudah makin tidak sabar menanti saat indah itu. Kuharap bekalku sudah cukup meskipun tak terlalu lebih. Sisa waktu akan kupakai untuk meminta maaf dengan silaturahim mendatangi tetangga, saudara dan teman. Membuat surat terbuka berisi permintaan maaf pada semua teman di media sosial yang kupunya. Maklum , lidahku tak bertulang dan jariku kerap menuruti hawa nafsu. Mungkin, langkah kata pernah melukai hati orang lain dan status gak jelas di media sosial membuat hati teman medsos merasa tersinggung dan terluka.
Menuntaskan khataman Alquran, alhamdulillah telah tuntas.

Hari 8
Akhirnya, hari kubertemu Rabbku telah tiba. Pagi hari, usai siapkan sarapan akan kuberikan surat wasiat untuk anak dan suami. Usai itu, shalat dhuha, mohon ampun dan mohon kelancaran dalam pencabutan nyawaku oleh malaikat pencabut nyawa.
Sembari terus mengucap istighfar, agar Allah berkenan mengampuni dosaku selama hidup di dunia. Kuselesaikan tugasku sebagai seorang ibu, mengurus rumah, mempersiapkan makanan kesukaan suami dan anak anak. Berdandan cantik , agar suami bahagia dan senang ketika pulang kerja melihat wajahku berseri.
Aku tak tahu jam berapa, detik dan menit  ke berapa nyawa ini tercerabut dari akar kehidupan, aku hanya ingin pergi dengan di lingkari anak dan suami menggenngam tanganku. Menghantarkan ruhku menghadap Ilahi. Tak henti menuntunku mengucap asma Allah.
Sambil kumembayangkan, ketika aku berbungee jumping, malaikat maut menyambutku dengan senyum, menemaniku membaca surat Yasin. Dan akhirnya mendarat pada pembaringan empuk di surga sana.

finally...innalillahi wainnailaihirojiun