Wednesday, November 12, 2014

Maliki Yauumiddin, Allah Yang Merajai Hari Pembalasan




Pernah mendengar tentang ramalan suku maya yang mengatakan bahwa diakhir tahun 2012 akan terjadi kiamat ?. Saya yakin semua pernah mendengar ramalan itu. Dua tahun lalu sempat menjadi trending topic di media sosial bukan?. Menjadi perdebatan tersendiri bagi yang mempercayai dan yang tak mempercayainya. Suku maya meramalkan bahwa di tahun 2012 dunia dan seisinya akan hancur. Planet dan alam semestapun akan lenyap.

Tak akan ada yang tersisa di muka bumi ini. Ramalan ini mengakibatkan kepanikan diberbagai Negara. Sebagian manusia dibelahan bumi ini yang mempercayai ramalan tersebut mempersiapkan diri sebaik mungkin agar terhindar dampak kehancuran hari kiamat. Saking paranoidnya bila hari kiamat benar akan datang, di sebuah Negara membuat bunker untuk menyelamatkan diri. Ada juga yang menyiapkan kapal selam besar yang di desain seperti sebuah kamar hotel, dengan cakupan harga fantasis. Itu semua sebagai persiapan bagi sebagian orang yang percaya akan bisa selamat di hari kiamat nanti. Bahkan perfilman Hollywood membuat film yang bertitel “2012” film ini adaptasi dari ramalan suku maya.

Tentu pebisbnis film tak menyianyiakan hebohnya topic ramalan yang menggemparkan seluruh penduduk dunia ini. Box office selama bebebrapa minggu menghantarkan film ini meraup keuntungan ribuan dollar Amerika. Dari segi kaca mata Saya , film ini alur ceritanya biasa saja, intisari ceritanya juga khas hollywooders yaitu pesan yang mereka sampaikan “Terus berusaha bertahan walau dunia hampir berakhir”. Effect film yang dramatis menjadi daya tarik kuat film ini. Membuat orang jadi mengkeret membayangkan bila benar seperti itulah nanti situasi dramatis bila hari kiamat datang.

Ramalan apapun hampir tak pernah saya percayai , dua anak Saya yang masih remaja ABG tak sedikitpun takut saat menonton film itu. Tak dapat dipungkiri mereka kagum dengan sutradara pembuat film 2012. Mereka yakin bahwa hari kiamat hanya Allah SWT yang tahu dan menentukan. Manusia tak ada yang mampu mengungkapkan kapan hari itu akan terjadi. Hari kiamat yang diceritakan di film itu tak ada apa apanya dibanding yang mereka baca dalam Al Quran.

Saya merinding dengan percakapan dua anak remaja Saya sewaktu keluar dari gedung bioskop dan mengomentari film fenomenal itu. Anak gadis Saya justru mengatakan hal yang membuat Saya tercenung. Bahwa yang ditakutkannya bukanlah soal kiamat, tapi justru keadaan pasca hari itu terjadi, hari itu adalah hari pembalasan. Hari dimana semua amal kebajikan dan perbuatan mereka selama hidup akan datang dan ditimbang. Apakah amal ibadah mereka akan mampu mengayomi saat semua manusia berkumpul di padang Ma’shar. Menunggu hari pembalasan tiba. Rumah di surga atau neraka tempat akhir Kita.


Maliki Yaumiddin adalah ayat ke 4 dari surat Al Fatehah
Yang artinya “ Allah yang merajai hari pembalasan”. Pada ayat ini Allah memiliki hak prerogative yang memutuskan apakah Kita mendapat surga atau neraka. Disinilah pengadilan tertinggi bagi manusia, buku amal ibadah manusia akan dibagikan. Dan Allah menimbangnya dengan seadil adilnya. 

Bagi manusia yang memiliki track record baik sebagai manusia . Mengamalkan isi Al Quran selama hidupnya di dunia dan menyembah allah sebagai satu satunya Tuhan untuknya. Baginya surga adalah suatu keniscayaan. Dan apabila selama hidup di dunia manusia hanya memikirkan hedonisme tanpa peduli dengan apa yang disampaikan oleh nabi dan rasul Allah agar mengimani akan adanya Allah, neraka adalah sebuah keniscayaan juga. 

Namun kembali pada sifat Allah yaitu Arrohman. Allah maha mengasihi. Keadilan Allahpun tak lepas dari sifat welas asih untuk hambaNYa. Allah maha adil, Allah maha mengetahui sejauh mana manusia beriman pada Tuhannya

0 comments: